tahu belum tentu mengerti,
mengerti belum tentu paham,
berpikirlah, karena berpikir itu adalah usaha

Selasa, 22 Februari 2011

buku lama

kulihat tumpukan kertas di atas meja pagi ini
kira-kira ada puluhan lembar
mataku pun tertuju pada satu buku dari sekian buku itu

kulihat nama yang terukir di halaman depan
namanya sangat tidak asing bagiku
tapi entah siapa?

ku mulai mencari tau tentang nama itu
selembar demi selembar ku buka buku tadi
ku baca kata per katanya

tapi dari semua halaman yang telah ku baca
tak satupun kata yang memberi arti nama tadi
ku mulai mencari kembali di tumpukan buku

disana kulihat namanya slalu ada di halaman depan tiap buku
ku mulai menata kembali buku-buku yang ada
karna tanganku mulai lelah mencari

kupikir apalah artinya sebuah nama
tapi ternyata hati ini tambah berontak
masih tetap saja ingin tau siapa sebenarnya pemilik nama itu

begitu hebatkah dia?
begitu banyak buku yang telah dibuatnya
dan mengapa ada di mejaku hari ini?

tiap nama itu muncul, pertanyaan baru juga mulai bermunculan
bak jamur di musim hujan
semakin menyesakkan ruang pikirku

dan akhirnya ku mulai menyadari
ternyata yang ku baca tadi hanyalah potret lama
tentang masa lalu yang kuberi judul "buku lama"...


hembus angin tlah berlalu

sejengkal kini langkah tlah kutapaki
mulai kembali bertanya pada rumput-rumput
tentang luka yang membekas di raganya
kapan terakhir kali ia menampakkan wajahnya

dari kejauhan ku slalu menggantungkan hati
berharap cemas kan ada yang memetiknya
namun dalam batas mata terbuka
aku hanya mampu melihat bayangan

sejenak ku diam dan tak bersuara
padahal ku sangat ingin berbicara
karena suara itu...
yang biasa terdengar kini sedikit tenggelam

telah hadir cerita tentang pemilik bayangan tadi
bertubuh sedang dan berwajah seri
slalu terbawa di tiap mata terbuka maupun tertutup
tapi cerita hanya tetap sebuah cerita

kini tenangnya hembus angin yang mampu kurasakan
nafasku hanya mampu sekedar melepas lelah
karena hari ini...
hembus angin tlah berlalu

Senin, 21 Februari 2011

dan rumput pun bertanya

dan ketika tetes embun terakhir jatuh dari daun itu,
tapak kaki dan sayu angin mengiringinya hadir di atas mahligai kehidupan,
sang penakluk kegelapan belum juga keluar dari peraduannya,
bersembunyi di balik dinding kelam itu,

dan ketika daun itu telah kering,
suara-suara alam mulai memecah keheningan yang ditinggalkan penakluk siang,
berirama senada dengan alunan nyanyian kerinduan alam,
seakan memiliki hati yang sama pada hati itu,

dan ketika daun itu mulai terselimuti gelap,
sang penakluk kegelapan pun belum juga keluar,
dan sekarang harus kembali ke peraduannya
dengan paksaan walau sebenarnya ia tak rela,

dan ketika semuanya tampak sama,
hitam, kelam, tak bernyawa dan sunyi,
sebentuk ucapan memecah gelap itu,
dan rumput pun bertanya....


kemana orang itu?

aku ingin lihat dunia

aku ingin lihat dunia,
walau sekejap saja
dengan mata yang tlah di anugerahkan Tuhan

aku ingin lihat dunia,
tempat seharusnya aku terlahir
dengan tangis yang mengiringi kehadiranku disini

aku ingin berjalan,
di atas bumi yang seharusnya ku tapaki
dengan gagah perkasa dan wibawaku

aku ingin berbicara,
pada semua orang tentang kebesaranNya
yang tlah memberiku kehidupan

aku ingin semua tahu,
bahwa aku tak ingin jadi begini
di buang dan tak diakui

aku ingin hidup,
dan aku...
ingin lihat dunia

Jerit dalam bisu

aku...
memang seseorang yang tak berarti
mencoba singgah dalam dunia yang pahit
berharap dunia itu mau menerima
tapi...
ada yang harus aku alami
membuat mulut ini hanya mampu terbuka
walau tanpa suara, aku terus menjerit
bukan...
bukan karna sakit yang kurasakan
tapi pedihnya
pedih yang tak bisa kusuarakan
karna...
karna jeritku hanya sebuah tangisan kecil
yang berupaya bersuara
jerit dalam bisu...